Kita mengerti bahwa perkembangan
peradaban manusia bisa ditilik dari kehidupan manusia purba. Manusia purba
hidup dari food gathering yakni berburu dan meramu, masa berladang
pindah-pindah (dalam bahasa sunda yakni huma atau ngahuma),
dan selanjutnya bertani menetap. Perkiraan Kuntjaraningrat (1967: 31-32), bahwa
peralihan dari food gathering ke perladangan bisa diimajinasikan
dengan spekulasi-spekulasi bahwa usaha bercocok tanam yang pertama dimulai
dengan aktivitas mempertahankan tumbuh-tumbuhan dari serangan binatang buas.
Dalam proses aktivitas itu, sangat mungkin terjadi pengamatan bagaimana
misalnya biji jatuh ke tanah kemudian tumbuh, ataupun batang singkong yang
tertancap di tanah lalu tumbuh. Demikianlah, kemudian dapat dibuat berbagai
teori yang mencoba menjawab soal bagaimanakah manusia pertama kali bercocok
tanam.
Melewati masa purba, menuju awal
masehi, perkembangan perekonomian Indonesia didominasi oleh tradisi maritim
ketimbang agraris. Sentra-sentra kerajaan berawal dari kota-kota pesisir yang
ramai. Kondisi ini setidaknya sampai pada era Mataram atau mundur lagi—dengan
toleransi tertentu—pada era Majapahit. Majapahit telah mengekspor beras ke
Tiongkok, meski hal itu tidak menjadi hal signifikan dalam perekonomian
ketimbang transaksi politik di perairan (perang) dan upeti-upeti yang dijemput
langsung ke daerah taklukan ataupun yang diantarkan oleh delegasi daerah
kekuasaannya. Yang agak jelas, Indonesia menjadi agraris ketika Mataram menjadi
kerajaan Jawa pedalam yang muncul pada pertengahan abad ke-16. (http://agusbudipurwanto.wordpress.com/2010/08/30/sejarah-petani-indonesia/)
sejarah perkembangan pertanian
di Indonesia mulai dari bertani berpindah – pindah sampai pada bertani menetap
secara berkelompok dan bertani menetap secara individu,peran petani sangat
besar, petanilah yang telah menjaga stabilitas nasional dengan pencapaian
swasembada beras. beras merupakan makanan pokok di Indonesia tanpa stok beras
yang cukup maka stabilitas politik akan sedikit terganggu. Hal ini telah
dibuktikan oleh beberapa perkembangan Sejarah Politik di Indonesia.
Kekhawatiran besar sedang terjadi
sekarang adalah satu persatu petani mulai meninggalkan cangkul dan lahan
garapannya, petani lebih suka beralih kepekerjaan lain yang lebih menguntungkan
ketimbang bertani. Sarjana – Sarjana Pertanian lulusan berbagai Perguruan
tinggi banyak yang terjun ke pekerjaan lain si luar kegiatan bertani, mereka
lebih memilih pekerjaan yang lebih menjanjikan dibandingkan bertani, semisal
menjadi PNS, Dosen, ataupun Karyawan Swasta. hanya sebagian kecil dari mereka
yang betul betul menggeluti usaha bertani.
kekhawatiran ini harus cepat
ditanggapi oleh pemerintah, setidaknya pemerintah bisa menciptakan berbagai
program yang dapat dirasakan oleh yang betul – betul petani, sehingga petani
kita tidak semakin susut. dan usaha pemerintah mencapai dan mempertahankan swasembada
pangan dapat di tingkatkan dan di pertahankan . (Arsyadi. THL TBPP Bireuen)