AMONIASI JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN TERNAK
Oleh : Rahmad Kartolo
Oleh : Rahmad Kartolo
Jerami padi merupakan salah satu hasil ikutan pertanian terbesar di
Indonesia yang jumlahnya kurang lebih 20 juta ton per tahun, produksinya
bervariasi sekitar 12 - 15 ton per hektar atau 4 - 5 ton bahan kering per
hektar satu kali panen, tergantung pada lokasi dan jenis varietas tanaman yang
digunakan. Sebagian besar jerami padi tidak dimanfaatkan, karena selalu dibakar
setelah proses pemanenan. Sedangkan di sektor peternakan membutuhkan makanan
ternak (pakan) yang harus tersedia sepanjang waktu dan sepanjang musim untuk
menjaga agar produktifitas ternak tidak menurun. Oleh karena itu, jerami padi
sangat penting untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia khususnya
sapi potong, kambing dan domba agar dapat meningkatkan produktivitasnya,
sehingga produksi daging akan meningkat yang akhirnya swasembada daging dapat
tercapai.
MANFAAT DAN
NILAI GIZI
Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak sapi potong, kambing, dan
domba, agar dapat berdayaguna dan berhasilguna diperlukan suatu teknologi yang
sederhana dan mudah dalam mengerjakannya, tetapi tetap berkualitas. Teknologi
tersebut antara lain melalui amoniasi. Amoniasi merupakan teknik perlakuan
kimiawi dengan penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami,
sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi struktur
jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan
meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh sapi. Jerami
merupakan bagian dari batang tanaman padi tanpa akar yang dibuang setelah
diambil butir buahnya. Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak sapi,
daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang
dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit.
Di samping itu jerami mempunyai nilai gizi jerami yang rendah karena
kandungan proteinnya rendah. Melalui teknik amoniasi dapat mengubah jerami
menjadi pakan ternak yang potensial dan berkualitas karena melalui amoniasi
dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan kandungan proteinnya. Prinsip
dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang
dicampurkan ke dalam jerami. Amoniasi dapat dilakukan dengan cara basah dan
cara kering. Cara basah yaitu dengan melarutkan urea ke dalam air kemudian baru
dicampurkan dengan jerami. Sedangkan cara kering ureanya langsung ditaburkan
pada jerami secara berlapis.
Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam kondisi hampa udara
(an-aerob) dan dibiarkan/disimpan selama satu bulan. Urea dalam proses amoniasi
berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang
terdapat pada jerami, karena lignin, selulosa, dan silica merupakan faktor
penyebab rendahnya daya cerna jerami. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat
dicerna oleh ternak, terdapat pada bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun
tanaman dalam jumlah yang banyak. Selulosa adalah suatu polisakarida yang
mempunyai formula umum seperti pati yang sebagian besar terdapat pada dinding
sel dan bagian-bagian berkayu dari tanaman. Demikian juga silica tidak dapat
dicerna oleh ternak.