Harga Kebutuhan Pokok Pekan ini di Seputaran Pasar Bireuen : Beras Rp.........Minyak Goreng Rp.......Gula Pasir Rp.........Cabe Merah Rp.........Bawang Merah Rp........Bawang Putih Rp...........

Rabu, 18 April 2012

hari informasi untuk mempromosikan pertanian biologis


hari  informasi untuk mempromosikan pertanian biologis

Selandia Baru Biologi Pertanian System Research Centre adalah lembaga yang  mengorganisir hari informasi untuk mempromosikan pertanian biologis untuk petani di wilayah Teluk Plenty.


Pertanian biologis adalah pendekatan holistik untuk memodifikasi dan memperbaiki kondisi tanah untuk mikroba bermanfaat untuk meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang membantu kecepatan siklus nutrisi, dan membangun kembali keseimbangan mineral dalam tanah.


Agenda Dr Guna Magesan mengatakan pertanian biologis bukan pertanian organik, atau pertanian konvensional.


"Ini adalah campuran dari praktek pertanian konvensional dan organik yang melibatkan tanaman dan pemantauan tanah untuk memastikan hasil yang optimal, kepadatan nutrisi dan produksi humus. Sementara pertanian organik dianggap terlalu membatasi, karena menetapkan sendiri aturan dan pedoman, pertanian biologis dianggap lebih ramah pengguna, fleksibel dan mudah beradaptasi, "kata Dr Magesan.


Hari informasi gratis akan diselenggarakan pada Kamis, Mei 3, 2012 di Ngongotaha Community Hall (5 School Road, Ngongotaha, Rotorua) dari 9.30 pagi sampai 14:30.


Ketua Dewan John Cronin Daerah  Bay of Plenty akan membuka hari informasi dari perspektif Dewan Daerah. Bay of Plenty Daerah Dewan Penasihat Pertanian Berkelanjutan John Paterson di akan berbicara pada acara tersebut "Apa yang akan terlihat pertanian berkelanjutan seperti di masa depan?" Dalam sesi "Apa yang diingkan Petani "


Dua petani biologis dari Reporoa dan Edgecumbe juga akan berbicara dalam sesi ini.Sesi petani ini akan dipimpin oleh Gifford McFadden, seorang Dewan dan Kepala Proyek penelitian sistem pertanian biologi.


Salah satu yang menarik dari hari ini Informasi adalah Group Discussion oleh peserta

untuk menjawab pertanyaan kunci berikut:
• Pertanyaan 1: Apa lagi yang Anda ingin tahu tentang pertanian biologis?
• Pertanyaan 2: Apakah Anda mengadopsi pertanian biologis?
• Pertanyaan 3: Apa yang akan menghentikan Anda mengadopsi pertanian biologis?

Salah satu pembicara kunci pada hari informasi adalah Dr Ravi Sangakkara, Chair dalam ilmu tanaman di Universitas Peradeniya di Sri Lanka. Dr Sangakkara akan berbicara pada "Teknologi Mikroba Efektif - Menggunakan teknik pertanian alam untuk secara positif meningkatkan dampak lingkungan dari pertanian". Dr Sangakkara adalah otoritas dunia pada mengintegrasikan teknologi mikroba ke dalam sistem pertanian biologis, untuk memberikan alami, biaya rendah, hasil yang berkelanjutan. Dr Sangakkara menyelesaikan gelar PhD di Massey University di tahun 1980 mengkhususkan diri dalam agronomi tanaman dan sistem produksi pangan.


Juru bicara Asosiasi Biologi Nicole Master Petani akan berbagi informasi pada karya ekstensi bahwa dia telah melakukan dengan berbagai petani.


"Semua dipersilakan untuk mendengar kisah sukses dari berbagai pembicara, dan menjadi bagian dari tren yang berkembang dalam pertanian berkelanjutan melalui sistem pertanian biologis," kata Gifford McFadden.


Pusat Penelitian Sistem Pertanian Biologi Selandia Baru adalah nama dagang dari Danau Rotorua dan Tanah Trust - perusahaan patungan antara Te Arawa Federasi Maori Otoritas dan Rotorua / Taupo Provinsi Federasi Petani.


[ Read More.. ]

Nilai Tukar Petani Aceh Naik Tipis


BANDA ACEH - Nasib petani di Provinsi Aceh masih jauh dari kesejahteraan, hal ini bisa dilihat dari perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP). 
NTP Aceh pada Februari 2012 tercatat 105,08 atau hanya tumbuh melambat yakni sebesar 0,07 persen dibanding NTP Januari 2012 yaitu 105,01. Pada bulan sama, inflasi pedesaan di Aceh juga tercatat 0,11 persen.

Kondisi NTP Aceh ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan pertumbuhan NTP Sumatera Selatan pada bulan yang sama. NTP Provinsi tersebut tercatat tumbuh 1,13 persen sekaligus menjadi Provinsi dengan kenaikan NTP terbesar di nusantara pada Februari 2012. 
"Pemerintah atau instansi terkait sepertinya harus lebih memperhatikan lagi sektor pertanian agar kesejahteraan petani semakin meningkat," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Syeh Suhaimi saat memaparkan berita resmi statistik pada pers di Banda Aceh, Kamis (1/2/2012).
NTP yang diperoleh dari indeks harga diterima terhadap yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator melihat daya beli petani di pedesaan. Menurut Suhaimi, kenaikan 0,07 persen NTP disebabkan indeks harga diterima petani pada Februari 2012 naik sebesar 0,19 persen dibanding indeks harga dibayar petani yang hanya tumbuh 0,13 persen.
Pada Februari lalu ada tiga subsektor pertanian Aceh mengalami kenaikan yaitu tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan perikanan. Kenaikan tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 1,19 persen. Sementara dua subsektor lain yaitu hortikultura dan peternakan mengalami penurunan masing-masing 1,27 dan 0,24 persen.

Inflasi Pedesaan
Naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) pada Februari 2012 menyebabkan Provinsi Aceh mengalami inflasi pedesaan sebesar 0,11 persen. BPS Aceh merilis, IKRT Aceh pada Februari lalu menjadi 133,04 naik dari 132,89 pada bulan sebelumnya.
Ini terjadi karena naiknya harga barang dan jasa pada kelompok sandang, kesehatan, makanan jadi, transportasi dan komunikasi yang mencapai 0,26 hingga 0,47 persen. Sementara kelompok perumahan, pendidikan, rekreasi dan olahraga tercatat tutun sebesar 0,01 persen. (wdi)
sumber : http://economy.okezone.com


[ Read More.. ]

Kecamatan Kuta Blang Cental Pepaya Kabupaten Bireuen


Pepaya (carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang buahnya dipoting melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas karena buahnya yang segar dan bergizi.potensi papaya di kabupaten Bireuen terdapat di kecamatan Kuta Blang, petani di kecamatan tersebut umumnya menanam papaya sebagai tanaman sela di kebun maupun di pekarangan rumah, ada juga yang mengusahakan budidaya papaya secara khusus seperti yang dapat kita lihat di beberap desa dalam wailayah kecamatan kuta Blang, saat ini papaya memiliki potensi dengan harga yang menguntungkan, kebanyakan petani mengusahakan budidaya papaya madu. Kami lebih senang mengusahakan budidaya papaya madu karena di samping buahnya rasanya manis dan juga harga jualnya tinggi demikian di ungkapkan Tgk.Ahmad Petani Pepaya di kecamatan Kuta Blang. Potensi papaya ini belum di garap secara maksimal oleh pemerintah kabupaten Bireuen melalui Dinas Pertanian peternakan perkebunan dan kehutan kabupaten Bireuen. Apabila potensi ini di garap secara maksimal tentu akan dapat meningkatkan pendapatan petani dan menambah pendapatan asli daerah (PAD)
[ Read More.. ]

Selasa, 17 April 2012

Mengendalikan Penyakit CMV (Keriting pada Cabe)


Oleh : Ita Harmastuti
Penyakit keriting pada cabe sering ditandai dengan gejala: daun kecil, keriting, pucat bergaris, buah kecil, bengkok dan ringan. Penyakit semacam ini bisa dibilang cukup umum daan banyak sekali terjadi di Lapangan.
Penyebabnya adalah CMV (Cucumber Mosaic Virus). Vektornya/penyebabnya berupa Aphid dan Thrips (ngengat). Aphid memiliki mulut berupa alat tusuk dan hisap. Pada saat ia berada di permukaan daun,Aphid akan menghisap zat-zat dari daun, sehingga otomatis dia akan bisa menularkan penyakit (virus) dan memperbanyak diri dalam tanaman tersebut. Sedangkan Thrips bekerja dengan menusuk klorofil (zat hijau daun) yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan zat makanan bagi tumbuhan. Akibatnya, daun menjadi pucat dan tidak dapat mensupply kebutuhan organ lain.
Tindakan kuratif yang dapat kita lakukan adalah mmenyemprotnya dengan insektisida.
Dosis, konsentrasi, dan volume :
-Untuk Cabe Dewasa
-Dosis: 1 liter Curacron 500 EEC per ha.
-Konsentraasi: 2 ml per liter air, dan volume semprot 500 liter per ha.
Cara semprot: merata dan menyeluruh pada tanaman. Kabut semprotan harus halus sehingga mengenai setiap titik pada tumbuhan, sehingga hasil yang dicapai dapat lebih optimal.
Masa penyemprotan: Jika pada masa persemaian diserang hama, harus disemprot sejak dini. Sehari sebelum pindah, tanaman hendaknya disemprot lagi karena diharapkan tanaman akan terlindung dari serangan hama pada minggu-minggu pertama setelah anak semai dipindah ke lapangan. Di lapangan penyemprotan dilakukan seminggu atau 2 minggu sekali, dan dihentikan 2 minggu sebelum pemehkan/panen, agar zat aktif dalam insektisida tidak lagi bekerja, dan produksi cabe dapat dikonsummsi dengan aman.

[ Read More.. ]

Jumat, 13 April 2012

Budidaya Seledri di Pekarangan Rumah



Seledri (Apium graveolens L. Dulce) termasuk dalam famili Umbelliferae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. Apiin (apigenin 7– apiosilglukosida) adalah glukosida penghasil aroma daun seledri dan umbi celeriac. Tanaman seledri dapat dibagi menjadi seledri tangkai, seledri umbi dan seledri daun.

.

Teknis Budidaya
1.   Persiapan Persemaian
Benih seledri disemai dulu di persemaian. Perkecambahan seledri berlangsung sangat lambat dan memerlukan waktu antara 7–12 hari. Benih seledri ditanam dangkal untuk mempercepat pertumbuhan kecambah. Setelah tanaman berumur 2 bulan, tanaman seledri bisa dipindahkan ke lapangan. Keuntungan persemaian adalah kondisi tanaman lebih sempurna, jarak tanam yang seragam, dapat mengurangi masukan input produksi seperti pemupukan, irigasi, dan pengendalian OPT serta gulma.

2.   Pengolahan Lahan
Tanah dicangkul sampai gembur kemudian dibuat lubang-lubang tanam dengan jarak tanam 50-70  cm (antar barisan) x 12-20 cm (dalam barisan). Jumlah seledri di lapangan umumnya berkisar antara 50 ribu-100 ribu tanaman per hektar.   Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan Kaptan/Dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha, dan diaplikasikan 3-4 minggu sebelum tanam. untuk budaya di lahan pekarangan rumah yang sempit kita juga bisa menggunakan teknik budidya system vertikultul

3.   Pemupukan
Seledri membutuhkan zat hara dalam jumlah banyak, khususnya nitrogen, yang diperlukan untuk produksi biomassa yang besar. Karena itu untuk produksi seledri diperlukan  tanah yang sangat subur. Untuk budidaya seledri diperlukan  pupuk kandang sebanyak 20–30 ton/ha ditambah dengan N 300 kg, P 75 kg dan K  250 kg per hektar.

4.   Pemeliharaan
Gulma harus segera ditangani pada seledri yang ditanam dengan cara benih langsung karena pertumbuhan kecambahnya sangat lambat, sehingga kadang pertumbuhan awalnya tidak mampu bersaing dengan gulma.

5.   Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
OPT yang menyerang tanaman seledri antara lain lalat pengorok daun, bercak daun bakteri, busuk lunak bakteri, penyakit fusarium, penyakit hawar serkospora, rebah kecambah, busuk akar, dan berbagai macam virus. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Apabila diperlukan pestisida, gunakan pestisida yang aman sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk.

6.   Panen dan Pascapanen
Tanaman seledri yang di tanam secara langsung tanpa melalui pesemaian dapat dipanen pada umur 160–180 hari, sedangkan seledri yang ditanam dari persemaian biasanya di panen pada umur 90–125 hari. Tanaman seledri biasanya dipanen ketika sebagian besar tanaman dianggap telah mencapai fase layak jual, tetapi ukuran yang agak beragam tidak dapat dihindari. Penundaan panen dapat menyebabkan sebagian tanaman menjadi bergabus, sedangkan panen yang terlalu dini berakibat sedikitnya tangkai daun yang berukuran besar. Panen dilakukan dengan cara dicabut. Seledri daun memiliki musim tanam yang lebih pendek, dan panen dapat dilakukan berulang kali jika daun dipotong cukup tinggi di atas permukaan tanah untuk memungkinkan pertumbuhan kembali daun baru. Produksi seledri dapat mencapai 40–70 ton/ha



[ Read More.. ]

Budidaya Semangka


Buah semangka adalah merupakan buah segar yang sangat digemari oleh semua golongan umur (orang dewasa / anak-anak) yang dapat dimakan langsung (sering juga disebut buah meja).

Buah semangka yang rasanya manis banyak mengandung Vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan juga semangka banyak mengandung air sebagai pelepas dahaga.Donload File

[ Read More.. ]

Kamis, 12 April 2012

Me’urup, Budaya Gotong Royong Petani di Aceh


 Oleh : Arsyadi THL TBPP Kab.Bireuen
Me’urup sebuah kata yang memang terasa asing dalam kosa kata kita. Namun pengertian dari Me’urup ini tidak lain adalah tradisi gotong royong petani di Aceh, tradisi Me’urup sudah berlangsung cukup lama dalam kehidupan petani di Aceh. Me’urup dapat diartikan sebagai bentuk kerja bergilir dari kebun ke kebun petani atau dari sawah ke sawah. Misalnya kebun petani A akan dikerjakan secara bersama-sama dengan sesama petani lainnya. Demikian juga nantinya akan bergilir sampai semua petani yang tergabung dalam kelompok Me’urup itu terkena giliran. Setelah selesai satu putaran maka akan dilanjutkan pada putaran berikutnya dan terus berulang-ulang. Adapun macam kegiatan yang dilakukan di kebun mulai dari kegiatan menanam , panen, meumpoe (membersihkan gulma), membuat terassering, bahkan sampai memikul hasil panen ke rumah petani. Pada prakteknya di lapangan  yang temui kegiatan Me’urup  ini tidak hanya dilakukan di dalam sebuah hamparan lahan pertanian tapi bisa juga dalam kegiatan ada juga dalam kegiatan lain khususnya dalam kegiatan social kemasyarakatan.
Proses Me’urup  ini dilakukan melalui proses musyawarah petani. Dalam musyawarah tersebut diawali dengan penentuan anggota yang masuk dalam kelompok tersebut. Biasanya penentuan berdasarkan kedekatan tempat tinggal. Ini didasari kedekatan kekerabatan antara petani yang tergabung di dalamnya. Kemudian setelah penentuan anggota yang tergabung, dilanjutkan dengan penentuan kebun yang pertama kali yang akan dikerjakan bersama-sama. Penentuan kebun berikutnya dilakukan setelah kebun pertama selesai dilakukan Me’urup. Demikian proses Me’urup ini berjalan sampai nantinya semua petani yang tergabung mendapat giliran masing-masing. Namun terkadang ada juga pemilik kebun yang mengundang semua kelompok-kelompok yang ada di kampung untuk membantu pemilik kebun untuk menyelesaikan pekerjaannya
Dari beberapa kali kegiatan Me’urup yang penulis ikuti ada hal-hal menarik pada saat bersama-sama di satu hamparan kebun. Biasanya pada saat bekerja bersama, petani saling bercerita tentang hal-hal yang terjadi di keluarga, di desa dan ditambah dengan gurau-gurau kecil. Dan proses bekerja di kebun ini kadang diselingi dengan acara pajoh Ranup (makan sirih) dan bincang-bincang di tengah hamparan kebun. Istirahat ini biasanya dikomandoi oleh pemilik kebun. Pada saat tengah hari , semua kerja di kebun berhenti untuk istirahat dan berkumpul di pondok untuk makan. Masing-masing petani yang membawa bekal mulai membuka bawaannya dan meletakkan di atas tikar. Biasanya pemilik kebun juga menyediakan makanan untuk petani yang datang. Di atas tikar akan terlihat macam ragam makanan, mulai dari nasi putih, deughok (jenis kue yang terbuat dari Sagu yang di campur pisang), nasi gurih dan campuran kacang-kacangan terkadang ditambah dengan santan kelapa). Sayur-sayuran yang diambil dari kebun tersebut dan biasanya lauk yang tidak pernah ketinggalan dalam tradisi Me’urup adalah Gulee Plik di tambah ikan asin bakar Hidangan sederhana namun menambah nafsu makan ini paling di gemari oleh masyarakat aceh .Suasana kebun dan kebersamaan yang membuat semua orang yang bekerja lahap untuk menyantap sajian yang terletak di atas tikar. Setelah selesai makan semua masih beristirahat, biasanya sampai jam 14.00 siang. Selanjutnya mulai lagi bekerja di hamparan kebun bersama-sama sampai jam 17.00 sore. Biasanya setelah selesai bekerja, pemilik kebun memberikan buah tangan kepada orang-orang yang bekerja dikebunnya. Buah tangan ini biasanya apa yang ada dikebunnya; misalnya buah labu kuning, ubi kayu, daun singkong, pisang dan lain-lain. Kadang-kadang orang yang ikut bekerja mengambil sendiri. Demikian proses Me’urup satu hari di satu kebun petani, hal ini akan berulang sama di kebun yang selanjutnya namun tergantung pada pekerjaan yang akan dilakukan.
Sepintas lalu memang kegiatan Me’urup ini sudah hampir punah di Aceh. Hantaman budaya induvidual yang berhembus dari barat mulai mengikis budaya solidaritas yang sebenarnya sudah ditanam dari leluhur bangsa ini dan oleh para pendiri bangsa ini. Budaya individual ini tidak hanya menghantam wilayah-wilayah perkotaan bahkan juga mulai menjajah wilayah pelosok sekalipun dengan bahasa-bahasa iklan yang terselebung bingkisan kebaikan. Bahasa-bahasa iklan yang hampir setiap saat terkumandang dari mulut-mulut yang tersuap oleh para pemilik modal dan kuasa dan mencuci otak hampir semua manusia untuk bertindak secara individual. Dan ini akan terus-menerus berkumandang dan menembus lorong-lorong yang terjauh dalam kumpulan manusia.
Ada beberapa pelajaran yang menarik yang dapat ditarik dari kegiatan Me’urup ini. Solidaritas dari sesama masyarakat petani akan mempermudah, meringankan setiap kerja-kerja yang dilakukan. Dampak lain adalah semakin menambah semangat kerja dan semangat kekeluargaan. Apabila ini dikerjakan secara berkelanjutan maka akan menjadi sebuah gerakan besar untuk mengantisipasi gelombang-gelombang individualistis dalam komunitas pedesaan.

[ Read More.. ]

Penilaian THL TBPP Berprestasi

Pemenuhan kebutuhan pangan sebagai salah satu peran strategis sektor pertanian merupakan tugas yang tidak ringan sehingga Kementerian Pertanian menempatkan beras, jagung, kedelai, daging sapi dan gula menjadi komoditas pangan utama yang diberikan perhatian secara khusus dalam pencapaian target swasembada dan swasembada berkelanjutan. Target pencapaian swasembada berkelanjutan untuk komoditi beras sebesar 70,60 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional yang akan bermuara pada stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Pencapaian swasembada berkelanjutan khususnya di sub sektor Tanaman Pangan sangat dipengaruhi dan rentan terhadap fenomena variabel dan perubahan iklim, sehingga diperlukan antisipasi untuk mencapai target tersebut.Donload Form Isian
[ Read More.. ]

Rabu, 11 April 2012

Calon Insinyur Pertanian Pinang Anak Orang Kikir



Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantaran sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, pada sebuah pergunjingan yang penuh dengan kedengkian, seseorang menambahkan kata ”kikir” di belakang nama ringkas itu, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir. Konon, hingga riwayat ini disiarkan, belum ada yang sanggup menumbangkan rekor kekikiran Banun.
Ada banyak Banun di perkampungan lereng bukit yang sejak dulu tanahnya subur hingga tersohor sebagai daerah penghasil padi kwalitet nomor satu itu. Pertama, Banun dukun patah-tulang yang dangau usangnya kerap didatangi laki-laki pekerja keras bila pinggang atau pangkal lengannya terkilir akibat terlampau bergairah mengayun cangkul. Disebut-sebut, kemampuan turun-temurun Banun ini tak hanya ampuh mengobati patah-tulang orang-orang tani, tapi juga bisa mempertautkan kembali lutut kuda yang retak, akibat bendi yang dihelanya terguling lantaran sarat muatan. Kedua, Banun dukun beranak yang kehandalannya lebih dipercayai ketimbang bidan desa yang belum apa-apa sudah angkat tangan, lalu menyarankan pasien buntingnya bersalin di rumah sakit kabupaten. Sedemikian mumpuninya kemampuan Banun kedua ini, bidan desa merasa lebih banyak menimba pengalaman dari dukun itu ketimbang dari buku-buku semasa di akademi. Ketiga, Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai pelosok. Di hutan mana para pemburu melepas anjing, di sana pasti tegak lapak lemang-tapai milik Banun. Berburu seolah tidak afdol tanpa lemang-tapai bikinan Banun, yang hingga kini belum terungkap rahasianya.
Tapi, hanya ada satu Banun Kikir yang karena riwayat kekikirannya begitu menakjubkan, tanpa mengurangi rasa hormat pada Banun-banun yang lain, sepatutnyalah ia menjadi lakon dalam cerita ini.
***
Di sepanjang usianya, Banun Kikir tak pernah membeli minyak tanah untuk mengasapi dapur keluarganya. Perempuan itu menanak nasi dengan cara menyorongkan seikat daun kelapa kering ke dalam tungku, dan setelah api menyala, lekas disorongkannya pula beberapa keping kayu bakar yang selalu tersedia di bawah lumbungnya. Saban petang, selepas bergelimang lumpur sawah, daun-daun kelapa kering itu dipikulnya dari kebun yang sejak lama telah digarapnya. Mungkin sudah tak terhitung berapa jumlah simpanan Banun selama ia menahan diri untuk tidak membeli minyak tanah guna menyalakan tungku. Sebab, daun-daun kelapa kering di kebunnya tiada bakal pernah berhenti berjatuhan.
”Hasil sawah yang tak seberapa itu hendak dibawa mati, Mak?” tanya Rimah suatu ketika. Kuping anak gadis Banun itu panas karena gunjing perihal Banun Kikir tiada kunjung reda.
”Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri,” gerutu Nami, anak kedua Banun.
”Tak usah hiraukan gunjingan orang! Kalau benar apa yang mereka tuduhkan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur akan jadi orang tani,” bentak Banun.
”Sebagai anak yang lahir dari rahim orang tani, semestinya kalian paham bagaimana tabiat petani sejati.”
Sejak itulah Banun menyingkapkan rahasia hidupnya pada anak-anaknya, termasuk pada Rimah, anak bungsunya itu. Ia menjelaskan kata ”tani” sebagai penyempitan dari ”tahani”, yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa orang kini berarti: ”menahan diri”. Menahan diri untuk tidak membeli segala sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara bercocok tanam. Sebutlah misalnya, sayur-mayur, cabai, bawang, seledri, kunyit, lengkuas, jahe. Di sepanjang riwayatnya dalam menyelenggarakan hidup, orang tani hanya akan membeli garam. Minyak goreng sekalipun, sedapat-dapatnya dibikin sendiri. Begitu ajaran mendiang suami Banun, yang meninggalkan perempuan itu ketika anak-anaknya belum bisa mengelap ingus sendiri. Semakin banyak yang dapat ”ditahani” Banun, semakin kokoh ia berdiri sebagai orang tani.
Maka, selepas kesibukannya menanam, menyiangi, dan menuai padi di sawah milik sendiri, dengan segenap tenaga yang tersisa, Banun menghijaukan pekarangan dengan bermacam-ragam sayuran, cabai, seledri, bawang, lengkuas, jahe, kunyit, gardamunggu, jeruk nipis, hingga semua kebutuhannya untuk memasak tersedia hanya beberapa jengkal dari sudut dapurnya. Bila semua kebutuhan memasak harus dibeli Banun dengan penghasilannya sebagai petani padi, tentu akan jauh dari memadai. Bagi Banun, segala sesuatu yang dapat tumbuh di atas tanahnya, lagi pula apa yang tak bisa tumbuh di tanah kampung itu akan ditanamnya, agar ia selalu terhindar dari keharusan membeli. Dengan begitu, penghasilan dari panen padi, kelak bakal terkumpul, guna membeli lahan sawah yang lebih luas lagi. Dan, setelah bertahun-tahun menjadi orang tani, tengoklah keluarga Banun kini. Hampir separuh dari lahan sawah yang terbentang di wilayah kampung tempat ia lahir dan dibesarkan, telah jatuh ke tangannya. Orang-orang menyebutnya tuan tanah, yang seolah tidak pernah kehabisan uang guna meladeni mereka yang terdesak keperluan biaya sekolah anak-anak. Tak jarang pula untuk biaya keberangkatan anak-anak gadis mereka ke luar negeri, untuk menjadi TKW, lalu menggadai, bahkan menjual lahan sawah. Empat orang anak Banun telah disarjanakan dengan kucuran peluhnya selama menjadi orang tani.
***
Sesungguhnya Banun tidak lupa pada orang yang pertama kali menjulukinya Banun Kikir hingga nama buruk itu melekat sampai umurnya hampir berkepala tujuh. Orang itu tidak lain adalah Palar, laki-laki ahli waris tunggal kekayaan ibu-bapaknya. Namun, karena tak terbiasa berkubang lumpur sawah, Palar tak pernah sanggup menjalankan lelaku orang tani. Untuk sekebat sayur Kangkung pun, Zubaidah (istri Palar), harus berbelanja ke pasar. Pekarangan rumahnya gersang. Kolamnya kering. Bahkan sebatang pohon Singkong pun menjadi tumbuhan langka. Selama masih tersedia di pasar, kenapa harus ditanam? Begitu kira-kira prinsip hidup Palar. Baginya, bercocok tanam aneka tumbuhan untuk kebutuhan makan sehari-hari, hanya akan membuat pekerjaan di sawah jadi terbengkalai. Lagi pula, bukankah ada tauke yang selalu berkenan memberi pinjaman, selama orang tani masih mau menyemai benih? Namun, tauke-tauke yang selalu bermurah-hati itu, bahkan sebelum sawah digarap, akan mematok harga jual padi seenak perutnya, dan para petani tidak berkutik dibuatnya. Perangai lintah darat itu sudah merajalela, bahkan sejak Banun belum mahir menyemai benih. Palar salah satu korbannya. Dua pertiga lahan sawah yang diwarisinya telah berpindah tangan pada seorang tauke, lantaran dari musim ke musim hasil panennya merosot. Palar juga terpaksa melego beberapa petak sawah guna membiayai kuliah Rustam, anak laki-laki satu-satunya, yang kelak bakal menyandang gelar insinyur pertanian. Dalam belitan hutang yang entah kapan bakal terlunasi, Palar mendatangi rumah Banun, hendak meminang Rimah untuk Rustam.
”Karena kita sama-sama orang tani, bagaimana kalau Rimah kita nikahkan dengan Rustam?” bujuk Palar masa itu.
”Pinanganmu terlambat. Rimah sudah punya calon suami,” balas Banun dengan sorot mata sinis.
”Keluargamu beruntung bila menerima Rustam. Ia akan menjadi satu-satunya insinyur pertanian di kampung ini, dan hendak menerapkan cara bertani zaman kini, hingga orang-orang tani tidak lagi terpuruk dalam kesusahan,” ungkap Palar sebelum meninggalkan rumah Banun.
”Maafkan saya, Palar.”
Rupanya penolakan Banun telah menyinggung perasaan Palar. Lelaki itu merasa terhina. Mentang-mentang sudah kaya, Banun mentah-mentah menolak pinangannya. Dan, yang lebih menyakitkan, ini bukan penolakan yang pertama. Tiga bulan setelah suami Banun meninggal, Palar menyampaikan niatnya hendak mempersunting janda kembang itu. Tapi, Banun bertekad akan membesarkan anak-anaknya tanpa suami baru. Itu sebabnya Palar menggunakan segala siasat dan muslihat agar Banun termaklumatkan sebagai perempuan paling kikir di kampung itu. Palar hendak membuat Banun menanggung malu, bila perlu sampai ajal datang menjemputnya.
***
Meski kini sudah zaman gas elpiji, Banun masih mengasapi dapur dengan daun kelapa kering dan kayu bakar, hingga ia masih menyandang julukan si Banun Kikir. ”Nasi tak terasa sebagai nasi bila dimasak dengan elpiji,” kilah Banun saat menolak tawaran Rimah yang hendak membelikannya kompor gas. Rimah sudah hidup berkecukupan bersama suaminya yang bekerja sebagai guru di ibu kota kabupaten. Begitu pula dengan Nami dan dua anak Banun yang lain. Sejak menikah, mereka tinggal di rumah masing-masing. Setiap Jumat, Banun datang berkunjung, menjenguk cucu, secara bergiliran.
”Kalau Mak menerima pinangan Rustam, tentu julukan buruk itu tak pernah ada,” sesal Rimah suatu hari.
”Masa itu kenapa Mak mengatakan bahwa aku sudah punya calon suami, padahal belum, bukan?”
”Bukankah calon menantu Mak calon insinyur?”
”Tak usah kau ungkit-ungkit lagi cerita lama. Mungkin Rustam bukan jodohmu!” sela Banun.
”Tapi seandainya kami berjodoh, Mak tak akan dinamai Banun Kikir!”
Sesaat Banun diam. Tanya-tanya nyinyir Rimah mengingatkan ia pada Palar yang begitu bangga punya anak bertitel insinyur pertanian, yang katanya dapat melipatgandakan hasil panen dengan mengajarkan teori-teori pertanian. Tapi, bagaimana mungkin Rustam akan memberi contoh cara bertani modern, sementara sawahnya sudah ludes terjual? Kalau memang benar Palar orang tani yang sesungguhnya, ia tidak akan gampang menjual lahan sawah, meski untuk mencetak insinyur pertanian yang dibanggakannya itu. Apalah guna insinyur pertanian bila tidak mengamalkan laku orang tani? Banun menolak pinangan itu bukan karena Palar sedang terbelit hutang, tidak pula karena ia sudah jadi tuan tanah, tapi karena perangai buruk Palar yang dianggapnya sebagai penghinaan pada jalan hidup orang tani.
[ Read More.. ]

Selasa, 10 April 2012

Kita Kok Selalu Makan Racun?

Dalam makanan yang kita makan sehari – hari tanpa kita sadar telah tekandung racun, salah satu contoh pada padi, beras yang kita makan ternyata banyak mengadung residu pestisida yang di aplikasikan oleh petani pada saat budidya padi.kemudian di perparah lagi penggunaan pestisda pada gudang penyimpanan padi dan beras.
Sejak kapan kita sudah menggunakan persida berikut ulasanya :

Sejarah Pestisida

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke- 15. Kemudian pada abad ke-17 nikotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari
akar tuba Derris eliptica (Sastroutomo, 1992). Pada tahun 1874 Othmar Zeidler adalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Weir, 1998). Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai aloera pestisida (Murphy, 2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang (Sudarmo, 1987). Di Indonesia, pestisida yang paling banyak digunakan sejak tahun 1950an sampai akhir tahun 1960-an adalah pestisida dari golongan hidrokarbon berklor Universitas Sumatera Utara seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan, karena walaupun bahan-bahan ini sangat beracun (racun
akut), akan tetapi pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai efek residu yang menahun. Hal penting yang masih perlu diperhatikan masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa lampau khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan dieldrin.

Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.
Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.



Di Indonesia, disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan berproduksi.

Kebijakan Masalalu Mendorong Petani Menggunakan Pestisida
Peningkatan pembangunan pertanian di Indonesia, menyebabkan kebutuhan akan pestisida bertambah banyak, baik jumlah maupun jenisnya.. Mencermati kilas balik pembangunan pertanian di Indonesia, peningkatan penggunaan pestisida tidak terlepas dari peran pemerintah. Sejak tahun permulaan pelaksanaan program intensifikasi pangan, masalah hama diusahakan ditanggulangi dengan berbagai jenis formulasi pestisida. Orientasi pemerintah pada waktu itu tertumpu pada peningkatan hasil sebanyak-banyaknya, tanpa memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan. Pada saat dicanangkannya program intensifikasi pangan melalui program nasional BIMAS, pestisida telah dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan petani peserta. Bagi petani yang tidak menggunakan pestisida, oleh pemerintah dianggap tidak layak sebagai penerima bantuan BIMAS. Akibatnya, mau tidak mau petani dirangsang menggunakan pestisida. Bahkan pada waktu itu, pemerintah bermurah hati memberi subsidi pengadaan pestisida hingga mencapai 80 persen, sehingga harga pestisida di pasaran menjadi sangat murah. Tidak itu saja, termasuk jenis pestisida yang digunakan, hingga keputusan penggunaannya (jadwal aplikasi) diatur oleh pemerintah.
Jenis pestisida yang dianjurkan digunakan pada waktu itu umumnya adalah pestisida yang berdaya bunuh berspektrum luas, yaitu mampu membunuh sebahagian besar organisma yang dikenainya, termasuk organisma berguna seperti musuh alami hama dan organisma bukan target lainnya yang hidup berdampingan dengan organisma pengganggu tanaman. Program penyuluhan pertanianpun merekomendasikan aplikasi pestisida secara terjadwal dengan sistem kalender, tanpa memperhatikan ada atau tidak ada hama yang menyerang tanaman di lapangan. Sehingga frekuensi penyemprotan menjadi lebih intensif, dan biasa dilakukan setiap minggu sepanjang musim tanam.
Kebijakan perlakuan seperti disebut dimuka, tidak selamanya menguntungkan. Hasil evaluasi memperlihatkan, timbul kerugian yang tidak disadari yang sebelumnya tidak diperkirakan. Beberapa kerugian yang muncul akibat pengendalian organisma pengganggu tanaman yang semata-mata mengandalkan pestisida, antara lain menimbulkan kekebalan (resistensi) hama, mendorong terjadinya resurgensi, terbunuhnya musuh alami dan jasad non target, serta dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi hama sekunder.



Dampak Negatif Pestisida Pertanian
Memang kita akui, pestisida banyak memberi manfaat dan keuntungan. Diantaranya, cepat menurunkan populasi jasad penganggu tanaman dengan periode pengendalian yang lebih panjang, mudah dan praktis cara penggunaannya, mudah diproduksi secara besar-besaran serta mudah diangkut dan disimpan. Manfaat yang lain, secara ekonomi penggunaan pestisida relatif menguntungkan. Namun, bukan berarti penggunaan pestisida tidak menimbulkan dampak buruk.
Akhir-akhir ini disadari bahwa pemakaian pestisida, khususnya pestisida sintetis ibarat pisau bermata dua. Dibalik manfaatnya yang besar bagi peningkatan produksi pertanian, terselubung bahaya yang mengerikan. Tak bisa dipungkiri, bahaya pestisida semakin nyata dirasakan masyarakat, terlebih akibat penggunaan pestisida yang tidak bijaksana. Kerugian berupa timbulnya dampak buruk penggunaan pestisida, dapat dikelompokkan atas 3 bagian : (1). Pestisida berpengaruh negatip terhadap kesehatan manusia, (2). Pestisida berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, dan (3). Pestisida meningkatkan perkembangan populasi jasad penganggu tanaman.

Pengaruh Negatif Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama, berasal dari kata pest dan sida. Pest meliputi hama penyakit secara luas, sedangkan sida berasal dari kata “caedo” yang berarti membunuh. Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan organisma berguna lainnya.
Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran bahwa pestisida adalah racun.
Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan, kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan tidak mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya. Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai tempat minum, atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang), dan teratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis (Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari 50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk dalam sejarah produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun (residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut, tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.
Dewasa ini, residu pestisida di dalam makanan dan lingkungan semakin menakutkan manusia. Masalah residu ini, terutama terdapat pada tanaman sayur-sayuran seperti kubis, tomat, petsai, bawang, cabai, anggur dan lain-lainnya. Sebab jenis-jenis tersebut umumnya disemprot secara rutin dengan frekuensi penyemprotan yang tinggi, bisa sepuluh sampai lima belas kali dalam semusim. Bahkan beberapa hari menjelang panenpun, masih dilakukan aplikasi pestisida. Publikasi ilmiah pernah melaporkan dalam jaringan tubuh bayi yang dilahirkan seorang Ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.
Belakangan ini, masalah residu pestisida pada produk pertanian dijadikan pertimbangan untuk diterima atau ditolak negara importir. Negara maju umumnya tidak mentolerir adanya residu pestisida pada bahan makanan yang masuk ke negaranya. Belakangan ini produk pertanian Indonesia sering ditolak di luar negeri karena residu pestisida yang berlebihan. Media massa pernah memberitakan, ekspor cabai Indonesia ke Singapura tidak dapat diterima dan akhirnya dimusnahkan karena residu pestisida yang melebihi ambang batas. Demikian juga pruduksi sayur mayur dari Sumatera Utara, pada tahun 80-an masih diterima pasar luar negeri. Tetapi kurun waktu belakangan ini, seiring dengan perkembangan kesadaran peningkatan kesehatan, sayur mayur dari Sumatera Utara ditolak konsumen luar negeri, dengan alasan kandungan residu pestisida yang tidak dapat ditoleransi karena melampaui ambang batas..
Pada tahun 1996, pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian sebenarnya telah membuat keputusan tentang penetapan ambang batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. Namun pada kenyatannya, belum banyak pengusaha pertanian atau petani yang perduli. Dan baru menyadari setelah ekspor produk pertanian kita ditolak oleh negara importir, akibat residu pestisida yang tinggi. Diramalkan, jika masih mengandalkan pestisida sintesis sebagai alat pengendali hama, pemberlakuan ekolabelling dan ISO 14000 dalam era perdagangan bebas, membuat produk pertanian Indonesia tidak mampu bersaing dan tersisih serta terpuruk di pasar global.





[ Read More.. ]

Apakah Kamu Tahu?

Tugas Pokok THL TBPP Itu Apa?
TTugas Pokok THL TBPP Itu Apa?ugas Pokok Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah membantu Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Programa Penyuluhan Kecamatan dan Programa Penyuluhan Pertanian Desa.
Funsi THL TBPP Itu Apa?
FUNGSI
Fungsi Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah:
  1. Menyebarluaskan informasi pembangunan pertanian diwilayah kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi, dan prinsip dari pembangunan pertanian
  2. Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan petani (Kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani, asosiasi dan korporasi)
  3. Mendorong peran serta petani/ kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani, dalam pembangunan pertanian di wilayahnya
  4. Menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, dan kemampuan managerial petani
  5. Memfasilitasi petani/ kelompok tani/ Gabungan Kelompok Tani dalam penyusunan RDK/ RDKK/ di wilayah kerjanya
  6. Memfasilitasi petani/ Kelompok tani/ Gabungan Kelompok Tani untuk menyusun rencana usaha bersama
  7. Membimbing dan memberikan alternatif pemecahan masalah petani/ Kelompok tani/ Gabungan Kelompok Tani dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya
[ Read More.. ]
x

join to my fans at facebook