BIREUEN – Kemarau panjang yang melanda Kabupaten
Bireuen dalam beberapa waktu terakhir menyebabkan hasil panen di
kawasan itu menurun. Untuk sawah tadah hujan, produksi gabah diperkirakan turun
hingga 30 persen dibanding musim tanam lalu. Sedangkan sawah yang memiliki
irigasi teknis, hasil panen diperkirakan turun sekitar 10 persen.
Kadis Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan
Bireuen, Ir Alie Basyah kepada Serambi, Senin (31/3), menyebutkan, untuk sawah
tadah hujan hasil panen normalnya adalah 5 ton per hekatare. Tapi, untuk musim
tanam kali ini menurut laporan petugas di lapangan, hasil panennya hanya 3-4
ton/hektare. Sedangkan untuk sawah irigasi, hasil panen yang normal adalah
6-8/ton hektare. Tapi, tahun ini produksi gabah juga tak mencapai angka
tersebut.
Menurut Alie Basyah, menurunnya hasil panen
hendaknya menjadi bahan kajian semua pihak dalam menentukan langkah dan
kebijakan pada musim tanam berikutnya. Langkah itu, antara lain perbaikan waduk
alam dan jadwal tanam disesuaikan. “Bila ada anggaran, petani yang sawahnya
dekat dengan sumber air diberi bantuan berupa pompa air atau sumur bor,”
katanya
Sejumlah petani di kecamata Juli, Bireuen dua
hari lalu mengatakan, hasil panen musim tanam kali ini menurun tajam karena kemarau panjang “Misalnya, untuk sawah yang luasnya 1.000
meter pada musim tanam tahun lalu hasilnya sekitar 200 kilogram. Namun, pada
musim tanam kali ini hasil panennya hanya sekitar 100 kilogram,” kata Faisal,
petani di Juli. “Hasil panen turun, sebagian petani terpaksa memotong tanaman
padi untuk pakan ternak karena kemarau ”
timpal Mursal, petani di Gandapura.
Untuk diketahui, luas sawah tadah hujan yang
terdata di Distan Bireuen mencapai 4.765 hektare tersebar di empat kecamatan.
Dari jumlah itu, sekitar 2.500 hektare kering total. Sedangkan luas sawah
irigasi yang ditanami musim tanam kali ini lebih dari 10 ribu hektare.